![]() |
Pelabuhan Merak, Kota Cilegon, Banten. |
JAKARTA, GebrakNasional.Com – Pemerintah diminta dapat memastikan kelayakan moda transportasi menjelang puncak arus mudik Lebaran 2025, termasuk untuk moda transportasi laut.
Hal itu dikatakan Anggota Komisi V DPR RI, Irine Yusiana Roba Putri kepada wartawan, Rabu, 26 Maret 2025.
Menurutnya, diprediksi bakal terjadi lonjakan penumpang kapal penyeberangan hingga 50 persen dibanding musim mudik pada tahun 2024 lalu.
“Kapal laut menjadi salah satu pilihan utama bagi pemudik, terutama di wilayah kepulauan dan daerah yang tidak terhubung dengan infrastruktur jalan yang memadai. Pemerintah memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan kapal yang digunakan dalam kondisi layak, aman, dan nyaman bagi para penumpang,” ujar Irine.
Diketahui, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mencatat pergerakan orang pada musim mudik Lebaran 2025 mulai melonjak pada H-9 atau Sabtu, 22 Maret 2025. Khususnya untuk penumpang kereta api dan kapal feri yang mengalami kenaikan di atas 50 persen.
Pemerintah juga memprediksi puncak arus mudik Lebaran 2025 akan terjadi pada H-3 atau 28 Maret 2025.
Irine mengatakan, lonjakan penumpang menjelang Lebaran sering kali menyebabkan kapal kelebihan kapasitas.
“Tentunya ini meningkatkan risiko keselamatan, terutama jika tidak ada pengawasan ketat terhadap jumlah penumpang dan muatan,” jelasnya.
Legislator dari Dapil Maluku Utara itu juga menyoroti masih adanya kapal-kapal yang dioperasikan sudah berusia tua dan tidak mendapatkan perawatan yang optimal.
Dia menyebut, kondisi ini bisa menyebabkan kendala teknis di tengah perjalanan seperti mesin mogok atau kebocoran kapal.
Bahkan, kata dia, meskipun sudah ada regulasi terkait kelayakan kapal, namun implementasi di lapangan sering kali kurang maksimal.
“Dalam beberapa kasus, kapal yang seharusnya tidak beroperasi tetap digunakan karena lemahnya pengawasan,” pungkasnya.
Di juga meminta Pemerintah untuk memberlakukan sanksi tegas bagi operator kapal yang melanggar aturan keselamatan. Termasuk, kata dia, pencabutan izin operasional jika ditemukan pelanggaran serius.
“Pemerintah juga harus mengawasi harga tiket agar tetap sesuai ketentuan dan mencegah praktik calo atau penipuan tiket palsu. Dan memastikan tersedianya alat keselamatan seperti pelampung dan sekoci dalam jumlah cukup untuk seluruh penumpang,” ujar Anggota Komisi Bidang Infrastruktur dan Transportasi DPR itu.
Irine juga mengatakan, kondisi cuaca yang buruk seperti gelombang tinggi dan angin kencang, sering kali menjadi ancaman bagi kapal penyeberangan. Khususnya bagi kapal dengan spesifikasi yang kurang memadai untuk menghadapi kondisi ekstrem.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya mengingatkan penting bagi Pemerintah untuk terus berkoordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) agar peringatan dini dapat cepat diketahui bila ada potensi cuaca buruk yang dapat membahayakan perjalanan kapal.
Jika cuaca tidak memungkinkan, kata Irine, operator kapal laut harus siap menunda perjalanan demi keselamatan penumpang.
“Kondisi cuaca juga perlu dipantau secara terus menerus oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) dan pengelola kapal untuk menghindari dampak buruk cuaca ekstrem, khususnya yang saat ini sedang melanda Maluku Utara,” ungkapnya.
Agar tidak terjadi insiden yang merugikan masyarakat, Pemerintah pun diingatkan untuk mengambil langkah konkret dalam menjamin kelayakan kapal penyebrangan selama arus mudik.
Seperti, kata dia, melakukan uji kelayakan (ramp check) secara ketat terhadap semua kapal yang beroperasi, baik dari aspek mesin, fasilitas keselamatan, hingga kapasitas penumpang.
“Dan menghentikan operasi kapal yang tidak memenuhi standar dan memastikan tidak ada dispensasi terhadap kapal yang tidak layak,” ujarnya.
Irine juga menilai, Pemerintah melalui Kemenhub perlu berkoordinasi dengan operator kapal untuk menambah jumlah armada guna mengurangi kepadatan dan menghindari overcapacity.
Ia juga menekankan pentingnya peningkatkan infrastruktur pelabuhan selama musim libur Lebaran seperti ruang tunggu yang lebih nyaman dan sistem antrean tiket yang lebih tertata.
“Apalagi setiap tahunnya, banyak pemudik menggunakan sepeda motor dengan membawa anak-anaknya,” ujar Irine.
Irine juga menegaskan, Pemerintah memiliki tanggung jawab besar dalam menjamin keselamatan kapal penyeberangan selama arus mudik.
“Dengan melakukan pengawasan ketat, memastikan kelayakan kapal, serta meningkatkan fasilitas dan regulasi, risiko kecelakaan dapat diminimalkan,” pungkasnya.
Irine juga menekankan kerja sama antara Pemerintah, operator kapal, dan masyarakat juga diperlukan untuk menciptakan sistem transportasi laut yang lebih aman, nyaman, dan efisien bagi para pemudik.
“Langkah-langkah preventif ini bukan hanya demi keselamatan, tetapi juga untuk memastikan mudik menjadi pengalaman yang menyenangkan tanpa insiden yang membahayakan jiwa,” tuturnya.
Irine berharap, layanan transportasi laut bisa lebih aman dan nyaman bagi masyarakat selama arus Lebaran, salah satunya dengan memastikan batas jumlah penumpang kapal sungguh ditegakkan supaya keamanan penumpang terjamin.
“Jangan sampai kelebihan kapasitas penumpang maupun muatan barang yang dapat membahayakan keselamatan,” pungkasnya.
Irine juga mencatat adanya peningkatan arus penumpang dan barang selama libur Lebaran dengan moda transportasi laut, termasuk di Maluku Utara.
Penumpukan truk pengangkut barang sembako diketahui terjadi tahun lalu di Pelabuhan feri Bastiong Ternate menuju ke Halmahera karena ada prioritas untuk kendaraan pribadi.
Untuk itu, kata Irine, pihak PT ASDP dapat membuat sistem pengaturan kendaraan roda dua, roda empat, dan roda delapan yang lebih baik sehingga pasokan kebutuhan pokok lancar.
“Saya pun mengapresiasi kerja cepat jajaran Kementerian Perhubungan, termasuk KSOP UPP Sofifi, sehingga pelabuhan laut Sofifi akan segera dioperasikan pada 26 Maret ini,” ujarnya.
“Semoga ini sungguh bisa mendukung peran pelabuhan feri Galala selama arus Lebaran untuk mendukung konektivitas penumpang dan barang di Pulau Halmahera,” tutupnya. (*/red)
Tidak ada komentar:
Tulis komentar