Lebak // GebrakNasional.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak meminta masyarakat yang tinggal di perbukitan mewaspadai longsor akibat cuaca buruk yang ditandai hujan lebat disertai petir dan angin kencang pada Minggu sore hingga malam hari, 9 Oktober 2022.
"Peringatan kewaspadaan itu sehubungan dua warga Citorek, Sabtu, 8 Oktober meninggal dunia tertimpa longsoran tanah perbukitan usai diterjang cuaca buruk," kata Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Lebak Agus Reza Faisal di Lebak, Minggu, 9 Oktober 2022.
Masyarakat Kabupaten Lebak yang tinggal di perbukitan hingga ribuan kepala keluarga dan kondisi daerah mereka cukup rawan terdampak longsoran.
Masyarakat yang tinggal di perbukitan itu tersebar di Kecamatan Sobang, Muncang, Cipanas, Lebak Gedong, Cibeber, Cilograng, Leuwidamar, Bojongmanik, Cimarga, Cirinten, Gunungkencana, Cigemblong, Panggarangan, Cihara, dan Bayah.
BPBD Lebak sudah menyampaikan peringatan dini kewaspadaan bencana alam kepada aparatur kecamatan, desa dan masyarakat terkait musim hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang.
Peringatan kewaspadaan dini itu untuk mengurangi risiko kebencanaan agar tidak menimbulkan korban jiwa. "Kami minta warga, jika cuaca buruk sebaiknya berada di lokasi aman," katanya.
Menurut dia, berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang terjadi di Kabupaten Lebak, Minggu sore dan malam hari. Dengan demikian, masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana alam agar meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan, sehingga tidak sampai menimbulkan korban jiwa.
"Kami berharap masyarakat secara swadaya dan mandiri dapat berperan untuk mengantisipasi bencana alam dengan melakukan gerakan penghijauan di daerah rawan longsor," katanya.
Sementara itu, warga yang menjadi korban pergerakan tanah di Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak mengaku jika hujan lebat disertai petir dan angin kencang, mereka mengungsi ke tempat yang lebih aman guna menghindari bencana alam.
Salah satu korban tanah gerak di Cimarga Royani mengemukakan masyarakat di sini yang terjadi korban pergerakan tanah belum dilakukan relokasi oleh pemerintah setempat, sehingga bila cuaca buruk mereka tidak berani tinggal di rumah, karena kondisi tempat tinggalnya sudah retak-retak dan dikhawatirkan roboh.
"Kami bersama warga tinggal di tempat yang lebih aman, karena curah hujan cenderung meningkat." (Wie/Red)
Tidak ada komentar:
Tulis komentar